Selasa, 30 April 2013

DIFERSIFIKASI PANGAN


 Ada yang ngajak backpackeran ke bromo jadi ingat
Pertama mengetahui sebagian warga lereng gunung sumbing menikmati makanan pokok nasi jagung, terutama di kecamatan Sapuran, kabupaten wonosobo tempatku berkecimpung muncul sebuah rasa prihatin (sekitar 3,5 th lalu).
Dijaman modern seperti ini kok masih banyak orang yang makan nasi jagung?
Dimana pemerataan pembangunan?
pantaslah kalau daerah yang berbatasan dengan magelang ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Padahal kabupaten Magelang termasuk wilayah yang maju dalam bidang pendidikan.

Setelah dipikir-pikir apa salahnya nasi jagung?
Makanan pokok mau beras, singkong, jagung, sagu, ubi atau yang lainnya semuanya sama yang utama mengandung karbohidrat.
Kenapa beras dianggap lebih bergengsi?
Dengan bertambahnya taraf ekonomi nasi jagung semakin ditinggalkan, saat ini hanya generasi tua yang masih mengonsumsi makanan pokok nasi jagung. Untuk generasi muda hanya sesekali saja mengkonsumsi nasi jagung, hanya berfungsi sebagai selingan.  
Sebenarnya dengan difersifikasi pangan mereka lebih unggul dari pada saya. Perut mereka bisa menerima nasi beras maupun jagung sebagai makanan pokok sementara saya nasi jagung hanya sebatas cemilan. Beberapa jam setelah makan nasi jagung perut sudah protes minta diisi lagi hehehe.......
(perut saya belum kenal difersifikasi, hanya tau kenyang kalau diisi nasi beras)

Padahal nasi jagung punya kelebihan dibanding nasi beras. Jika nasi beras hanya tahan sehari, nasi jagung bisa tahan sebulan lebih! Cocok untuk bekal perjalanan berhari-hari (ngirit untuk para backpacker) dan tentunya dengan harga yang jauh lebih murah dari beras, satu kilo beras bisa ditukar dengan 4 kg jagung.

liburan semester lalu saat main ke Jogja selama 2 malam dengan beberapa anak yang masih akrab dengan nasi jagung, saya sama sekali tidak kepikiran bawa bekal nasi jagung malahan bawa bekal 1 dus mie instan. Akibatnya kami hanya mengonsumsi mie instan selama kemping di pantai Baron daerah Gunung Kidul. Dibandingkan mie, sebenarnya lebih sehat nasi jagung tahan lama dan tentunya tanpa pengawet. Dan lebih praktis, bisa dibawa dalam kondisi matang. Lebih instan dari mie instan!

Indonesia adalah daerah kaya berbagai vegetasi, kita punya banyak jenis makanan pokok dan juga jenis umbi - umbian yang sangat berpotensi sebagai makanan pokok. Kenapa tidak kita lestarikan? Kenapa di negeri yang kaya ini masih saja ada kasus kelaparan dan gizi buruk? Dengan potensi yang besar ini harusnya kita memiliki ketahanan pangan.

Saya ingin perut saya belajar menerima berbagai makanan pokok,difersifikasi pangan....
Kadang juga terpikir gimana nasip perut saya kalau harus tinggal di negara lain yang tidak mengkonsumsi beras,tentu sangat menguras isi kantong......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar